Pelurusan Kembali Makna Otonomi Daerah

Posted on Sabtu, 01 Januari 2011 and filed under . You can follow any responses to this entry through theRSS 2.0 . You can leave a response or trackback to this entry from your site

Nina Tursinah

Banyak Perda Merugikan Pengusaha
Indonesia belum lolos dari jeratan krisis ekonomi. Hal ini terbukti adanya pengangguran terus naik. Tahun 1999 sebanyak 6,03 juta jiwa, tahun 2003 mencapai 10,13 juta jiwa dan pada Februari 2010 turun menjadi 8,59 juta jiwa. Tetapi jumlah penduduk miskin meningkat, tahun 2001 sebesar 37,1 juta jiwa, tahun 2002 mencapai 38,5 juta jiwa, namun data terakhir jumlah penduduk miskin tahun 2010 sebanyak 31 juta jiwa terhitung hingga 1 Juli 2010. Adanya multi tafsir tentang otonomi daerah mendorong kita untuk melakukan pelurusan kembali makna otonomi daerah karena banyak Perda yang merugikan pengusaha, kata Nina Tursinal Ketua Bidang UKM, Perempuan Pengusaha, Jender dan Urusan Soial BPN Apindo dalam sebuah diskusi tentang jaminan sosial di Hotel Le Meridien Jakarta akhir September dibeberapa waktu yang lalu.

Menurut Nina penciptaan stabilitas ekonomi makro, financial dan iklim investasi yang kondusif, jaring pengaman social merupakan perspektif pengusaha dalam mengatasi kemiskinan. Dia katakan transformasi sektoral formal dan pemberdayaan UMKM serta sektor informal bisa disebut sebagai Corporate Social Responsibility.

Nina Tursinah mengatakan perlunya stabilitas ekonomi makro (inflasi rendah, suku bunga rendah, nilai tukar rupiah stabil, dan adanya kesinambungan fiscal dalam neraca pembayaran. Dia juga menyebut perlunya kebijakan publik yang ramah terhadap investasi (UU, PP, Perda dsb). Ini hanya mungkin terjadi apabila pemberantasan KKN dan good governance dibarengi suasana ketenagakerjaan yang kondusif. Perlunya Insentif Fiskal dan Kebijakan perpajakan dan Intermediasi Bank untuk para pengusaha dan jaminan keamanan dan kepastian hukum, memungkinkan stabilitas ekonomi makro, sistem financial dan iklim investasi dengan melakukan perbaikan UU, PP-Peraturan daerah, ujarnya.

Nina Tursinah yang telah 17 tahun berkecimpung dalam Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), punya cita-cita untuk pemberdayaan UKM di seluruh Indonesia. Disamping itu, sebagai salah seorang ketua yang membidangi UKM, perempuan pengusaha, jender dan urusan sosial, berupaya pula melakukan pelatihan manajemen perusahaan, training kewirausahaan, otomotif, dan semua gratis. Dia melihat ada potensi luar biasa yang perlu dikembangkan lebih jauh. Banyak manfaat buat bangsa ini. Lihat saja potensi perempuan UKM. Kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi sangat besar. Menyerap 89 persen tenaga kerja. Total pengusaha UKM 99,89 persen. Sedangkan pengusaha besarnya 0 koma sekian persen.

Nina saat ditemui Dinamika Buruh di kantor DPN Apindo tidak menampik ketika ditanya apa saja bisnis yang dijalankan sebagai pengusaha sehingga mendapatkan kepercayaan dalam kepengurusan Dewan Pimpinan Nasional Apindo. “Ada industri furniture, ikan hias, IT, interor dan exterior desain”. Apa yang dikerjakan Nina itu sudah merambah manca negara.

Furniture expor ke Amerika, Eropa dan Asia. Ikan hias expor dominannya ke Jepang, menyusul Hongkong, China dan Singapura. Sukses bisnis yang dicapai Nina Tursinah kelahiran Kebumen Jawa Tengah 5 April 1955 tak lepas dari seringnya dia terjun langsung ke lapangan. Kerjasama dengan luar negeripun dibangun misalnya dengan ILO, Confederation of Norwegian Enterprises (NHO), Federation of Norwegian Commercial dan Service Enterprises (HSH), Dutch Employer Coorperation Program (SCC), Swedia and Jetro dan UKM di Indonesia.

Sedangkan jaringan kerjasama dalam negeri antara lain dengan kantor Kementrian Koperasi dan UMKM, Kementrian Perdagangan, Kementrian Nakertrans, Kementrian Pemberdayaan Perempuan, Kementrian Sosial, BKKBN, Perbankan Non Perbankan dan Country Coordinating Mechanisme (CCM) Global Fund for AIDS, TB and Malaria.

Melihat begitu luas dan kompleknya bidang UKM, perempuan pengusaha, perempuan pekerja, jender dan urusan sosial yang ditanganinya maka Nina Tursinah yang telah dikaruniai dua putra itu tergolong perempuan gesit, energik dengan stamina yang tinggi. Kevokalannya dan gayanya yang “nyentrik” dalam berorasi disetiap forum, ceplas ceplos memberikan banyak peluang bagi Nina untuk mudah dikenal publik. Termasuk public figur dalam deretan kepengurusan Apindo Pusat. “Bidang bidang yang saya kerjakan ini lebih banyak di expos untuk perjuangan dan pemberdayaan, akan lebih bermanfaat untuk bangsa ini” ungkapnya kepada Dinamika Buruh. Supaya tahu saja, pengusaha sebenarnya tidak semata-mata cari duwit, tapi juga punya kepedulian sosial, tambahnya.

Memang diakui, kendala yang dihadapi dilapangan adalah kebijakan infrastruktur masing-masing daerah. Dengan otonomi daerah sering dirasakan adanya regulasi-regulasi yang memberatkan pengusaha, bunga bank tinggi, agunan, sehingga melahirkan biaya tinggi. Belum lagi kendala transportasi dan itu semua membuat daya saing produk dalam negeri menjadi rendah. Ketika ditanya pendapatnya terhadap pekerja formal seperti yang menjadi topik bahasan dalam diskusi jaminan sosial di hotel Meredien, Nina mengharapkan, bagi tenaga kerja informal yang juga bahagian dari UKM, biarkanlah mereka hidup, berikan kemudahan fasilitas agar dapat bertahan hidup dan mengembangkan diri jangan main gusur tanpa ada alternatif penembangan yang layak – ujar Nina Tursinah yang pernah kuliah di Asmi, Stat Indonesia dan STIE. (mas)

0 Responses for “ Pelurusan Kembali Makna Otonomi Daerah”

Leave a Reply

Recently Commented

Recent Entries

Photo Gallery